Peranan
Konselor :
Konselor pada konseling keluarga diharapkan mempunyai
kemampuan professional untuk mengantisipasi perilaku keseluruhan anggota
keluarga yang terdiri dari berbagai kualitas emosional dan kepribadian.
Konselor diharapkan mampu: mengembangkan komunikasi antara anggota keluarga
yang tadinya terhambat oleh emosi-emosi tertentu; membantu mengembangkan
penghargaan anggota keluarga terhadap potensi anggota lain sesuai dengan
realitas yang ada pada diri dan lingkungannya; membantu konseli agar berhasil
menemukan dan memahami potensi, keunggulan, kelebihan yang ada pada dirinya dan
mempunyai wawasan serta alternative rencana untuk pengembangannya atas bantuan
semua anggota keluarga; dan mampu membantu konseli agar dia dapat menurunkan
tingkat hambatan emosional dan kecemasan serta menemukan, memahami, dan
memecahkan masalah dan kelemahan yang dialaminya dengan bantuan anggota
keluarga lainnya. Konselor tidak boleh menjadi pribadi yang stereotip terhadap
urutan kelahiran. Pada saat yang sama, menjelajahi urutan kelahiran dan
pengaruhnya pada perkembangan kepribadian seseorang akan sangat memungkinkan
untuk dapat memahami orang tersebut. Konselor memiliki banyak peran dalam
pendekatan ini antara lain pembimbing, Coach, model, dan konsultan.
TUJUAN FAMILY COUNSELING :
Secara
umum, tujuan family conseling/therapy adalah :
- Membantu anggota keluarga untuk belajar dan secara emosional menghargai bahwa dinamika keluarga saling bertautan di antara anggota keluarga.
- Membantu anggota keluarga agar sadar akan kenyataan bila anggota keluarga mengalami problem, maka ini mungkin merupakan dampak dari satu atau lebih persepsi, harapan, dan interaksi dari anggota keluarga lainnya.
- Bertindak terus menerus dalam konseling/terapi sampai dengan keseimbangan homeostasis dapat tercapai, yang akan menumbuhkan dan meningkatkan keutuhan keluarga.
- Mengembangkan apresiasi keluarga terhadap dampak relasi parental terhadap anggota keluarga (Perez, 1979).
Secara
khusus, family conseling/therapy bertujuan untuk :
- Membuat semua anggota keluarga dapat mentoleransikan cara atau perilaku yang unik (idiosyncratic) dari setiap anggota keluarga.
- Menambah toleransi setiap anggota keluarga terhadap frustrasi, ketika terjadi konflik dan kekecewaan, baik yang dialami bersama keluarga atau tidak bersama keluarga.
- Meningkatkan motivasi setiap anggota keluarga agar mendukung, membesarkan hati, dan mengembangkan anggota lainnya.
- Membantu mencapai persepsi parental yang realistis dan sesuai dengan persepsi anggota keluarga (Perez, 1979).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Maaf jika masih ancur karena blog ini di buat apa adanya