Lev Vygotsky (1896-1934), seorang psikolog berkebangsaan Rusia, mengenal
poin penting tentang pikiran anak ini lebih dari setengah abad yang lalu. Teori
Vygotsky mendapat perhatian yang makin besar ketika memasuki akhir abad ke-20.
Walaupun setuju dengan Piaget bahwa perkembangan kognitif terjadi secara
bertahap dan dicirikan dengan gaya berpikir yang berbeda-beda, tetapi Vygotsky
tidak setuju dengan pandangan Piaget bahwa anak menjelajahi dunianya sendirian
dan membentuk gambaran realitas batinnya sendiri. Adapun kritikan teori tahapan
perkembangan, Vygotsky (1962) menulis,
“Skema-skema ini tidak
memperhitungkan reorganisasi dari proses perkembangan itu sendiri, berdasarkan
keutamaan yang penting dan signifikan dari karakteristik apapun terus berubah
dalam transisi dari satu umur ke yang lain. Ini tidak termasuk kemungkinan
melanggar masa kanak-kanak ke dalam zaman yang terpisah dengan menggunakan
kriteria tunggal untuk semua usia. Perkembangan anak adalah sebuah proses yang
sangat kompleks yang tidak dapat sepenuhnya didefinisikan tahap yang
semata-mata atas dasar satu karakteristik.”
Teori-Teori VYGOTSKY
Vygotsky menjelaskan mengenai konsep sosiokultural, yaitu potret perkembangan
manusia sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial
dan budaya. Bagi Vygotsky, perspektif historical dan cultural adalah hampir
sama, karena perbedaan cultural/budaya dapat dilihat di sepanjang kontinum
evolusi sosial.
Ada 2 konsep yang diajukan
Vygotsky dalam Proses Mental :
- Internalisasi : Setiap fungsi mental yang lebih tinggi selalu melalui tahap eksternal dalam perkembangannya karena pada mulanya hal ini adalah fungsi sosial.
- The Zone of Proximal Development : Menurut Vygotsky, “zona perkembangan proximal menjelaskan fungsi-fungsi yang belum matang tapi sedang dalam proses kematangan”. Dalam contoh hipotesis, anak pertama menunjukkan tanda-tanda keahlian/skill yang akan berkembang melebihi kemampuan anak kedua.
Teaching
thinking versus content-specific skill
Vygotsky mempertimbangkan dan menolak pandangan tentang
bagaimana interaksi belajar dan perkembangan :
1.
Perkembangan
adalah suatu kondisi awal yang harus muncul sebelum belajar,
berarti materi yang diajarkan di sekolah harus disesuaikan dengan
perkembangan kognitif anak.
2.
“Perkembangan
adalah belajar” itu lebih mengarah kepada karakteristik dari teori behaviorist
dan teori kognitif information processing. Belajar bukan hanya perolehan
dari kemampuan untuk berpikir; belajar adalah perolehan dari banyak kemampuan
khusus untuk memikirkan tentang beragam hal.
3.
Interaksi
antara belajar dan perkembangan.
Konsep Scaffolding
Scaffolding merupakan
suatu istilah yang ditemukan oleh seorang ahli psikologi perkembangan-kognitif
masa kini, Jerome Bruner, yakni suatu proses yang digunakan orang dewasa untuk
menuntun anak-anak melalui zona perkembangan proksimalnya.
Scaffolding memiliki 5 karakteristik :
1.
Menyediakan
dukungan
2.
Berfungsi
sebagai tool
3.
Memperluas
kemampuan seseorang
4.
Memperbolehkan
menyelesaikan pekerjaan yang kelihatannya tidak mungkin diselesaikan.
Dipakai secara selektif untuk memberikan bantuan
setiap saat dibutuhkanSumber :
Eyesenck,
Michael W. & Keane, Mark T. (2000)
Cognitive psychology: a student's handbook. New York: Taylor & Francis Group
Hardy,
M. Heyes, S. (1988). Pengantar psikologi,
Jakarta: Erlangga.
Hergenhahn,
B.R & Olson, M.H. (2008). Theories of learning.
edisi ke-7. Jakarta : Kencana Prenada
Mulia
Papalia.
Olds. Fledman. (2009). Human development.
Salemba Jakarta: Humanika.
Ross,
V. Marshall, M. Scott, A, M. (1995). Child
psychology.
New york: John willey & Sons.inc.
Sandtrock, John W.
(2003) Adolescence edisi keenam.
Jakarta : Erlangga
Solso,
R, L. Maclin, O, H. Maclin, M, K.( 2008). Psikologi
kognitif.
Jakarta: Erlangga.
Suparno,
P. (2006). Teori perkembangan kognitif Jean piaget. Yogyakarta: Kanisius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Maaf jika masih ancur karena blog ini di buat apa adanya