Daftar Blog Saya

Label

Sabtu, 06 Juni 2015

NOMOPHOBIA

  1. Definisi
Nomophobia adalah jenis fobia yang ditandai ketakutan berlebihan jika seseorang kehilangan ponsel, komputer, atau alat-alat komunikasi lainnya. Nomophobia dianggap sebagai gangguan dari dunia modern dan mengacu pada ketidaknyamanan atau kecemasan yang disebabkan oleh berada di luar kontak dengan MP (Mobile Phone/ telepon selular) atau komputer. Ini adalah ketakutan patologis yang muncul ketika seseorang berada diluar jangkauan dengan teknologi. Terdapat laporan kasus nomophobia tentang seorang pasien yang terus menerus menyimpan ponsel bersamanya sejak tahun 1995 karena kebutuhan yang berlebihan untuk merasa aman dan dapat segera menghubungi layanan darurat dan orang-orang yang percaya saat dia merasa sakit.
  1. Ciri-ciri
Nomophobia atau 'no mobile phone phobia' memiliki ciri-ciri sebagai berikut ini :
a. Ketidakmampuan untuk mematikan ponsel
b. Obsesif memeriksa panggilan, email dan SMS
c. Terus-menerus mengisi baterai karena takut kehabisan
d. Membawa ponsel kemanapun pergi, bahkan hingga ke kemar mandi
e. Ketika kehilangan ponsel mengalami gejala, panik pusing, gemetar, berkeringat, jantung berdegub kencang dan dada sesak.
Jumlah orang yang menderita nomophobia terungkap dalam sebuah studi oleh SecurEnvoy, dan menunjukkan peningkatan dari penelitian serupa empat tahun lalu, di mana 53% orang mengakui rasa takutnya kehilangan telepon mereka. Dalam studi terbaru, dari 1.000 orang yang disurvei di Inggris, 66% mengatakan mereka merasa ketakutan. Dewasa muda berusia antara 18 dan 24 - cenderung menjadi yang paling kecanduan ponsel mereka, dengan 77% mengatakan tidak mampu untuk tinggal terpisah selama lebih dari beberapa menit, dan mereka yang berusia 25 sampai 34 mengikuti dengan 68%. Angka itu naik dari penelitian serupa empat tahun lalu, di mana 53%  orang mengaku fobia.
Studi ini menunjukkan bahwa penderita nomophobia bahkan dapat memeriksa ponselnya hingga 34 kali sehari dan 75%nya menggunakan telepon di kamar mandi atau ke toilet dengan mengatakannya setara sebagai pengganti koran modern. Ketakutan tersebut termasuk dalam hal kehabisan baterai, melewatkan telepon atau sms, dan melewatkan informasi penting dari jejaring sosial.

            Andy Kemshall, co-pendiri SecurEnvoy, mengatakan: "Penelitian pertama ke nomophobia, yang dilakukan empat tahun lalu, mengungkapkan bahwa 53% orang menderita dari kondisi dan penelitian kami menunjukkan hal ini sekarang telah meningkat menjadi 66% di Inggris dan tidak menunjukkan tanda-tanda mereda.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa wanita sedikit lebih waspada dalam menyimpan ponselnya yaitu sebesar 70 persen dibanding pria yang hanya 61 persen. Sementara itu, pria lebih mungkin memiliki dua ponsel atau lebih dibandingkan wanita, dengan alasan menyukai teknologi atau alasan pribadi lainnya.
  1. Penyebab
Penyebab Nomophobia diantaranya :
a.       Kebosanan
b.      Tidak sabar
c.       Merasa tidak aman
d.      Banyak aplikasi yang menarik
e.       Kurang pengendalian diri

Penanganan
Desensitisasi sistematis dikembangkan oleh Josep Wolpe (Berstein, 2011). Pendekatan ini bertumpu pada fakta bahwa seseorang tidak dapat secara serempak merasa cemas atau rileks. Wolpe menggunakan “relaksasi” sebagai cara mengimbangi stimulus yang ditakuti. Desensitisasi Sistematis terdiri dari tiga tahap, yaitu: 1) melatih relaksasi otot, 2) menyusun hirearki kecemasan (urutan kecemasan), dan 3) menghayalkan stimulus-stimulus yang menimbulkan kecemasan yang diimbangi dengan relaksasi. Tujuan dari tahap ini adalah  menggantikan kecemasan terhadap setiap stimulus dengan relaksasi. Ini dilakukan dengan menyuruh klien membayangkan (menghayalkan) setiap stimulus yang menimbulkan kecemasan sementara klien berada dalam keberadaan relaks.
Dalam penelitian ini upaya penanganan kecemasan pada subjek penderita nomophobia dilakukan dengan menerapkan Teknik Desensitisasi Sistematis  yang merupakan salah satu teknik dalam Model Konseling Behavioral yang berfokus untuk mengkondisikan klien menjadi rileks saat menghadapi kondisi yang menyebabkan munculnya perilaku nomophobia. Menurut Wolpe (Berstein, 2011) menguraikan secara terperinci mengenai prosedur pelaksanaan teknik Desensitisasi  Sistematis yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.       Desensitisasi sistematis dimulai dengan suatu analisis tingkah laku atas stimulus-stimulus yang dapat membangkitkan kecemasan nomophobia. Disediakan waktu untuk menyusun suatu tingkatan kecemasan subjek dalam area tertentu.
b.      Konselor dan subjek mendaftar hasil-hasil apa saja yang menyebabkan subjek diserang perasaan cemas dan kemudian menyusunnya secara hirarkis. Konselor menyusun suatu daftar yang bertingkat mengenai situasi-situasi yang kemunculannya meningkatkan taraf kecemasan atau penghindaran. Tingkatan dirancang dalam urutan dari situasi yang membangkitkan kecemasan yang tarafnya paling rendah hingga situasi yang paling buruk yang dapat dibayangkan oleh subjek.
c.       Konselor melatih subjek untuk mencapai keadaan rileks atau santai. Latihan ini dilakukan melalui suatu prosedur khusus yang disebut relaksasi yang berupaya mengkondisikan subjek dalam keadaan santai penuh. Selama pertemuan-pertemuan terapeutik pertama subjek diberi latihan relaksasi yang terdiri atas kontraksi, dan lambat laun pengendoran otot-otot yang berbeda sampai tercapai suatu keadaan santai penuh. Sebelum latihan relaksasi dimulai, subjek diberitahu tentang cara relaksasi dalam kehidupan sehari-hari, dan cara mengendurkan bagian-bagian tubuh tertentu.
d.      Konselor melatih subjek untuk membentuk respon-respon antagonistik yang dapat menghambat perasaan cemas. Latihan relaksasi berdasarkan teknik yang digariskan oleh Jacobson dan diuraikan secara rinci oleh Wolpe. Pemikiran dan pembayangan (imagery) situasi-situasi yang membuat santai seperti duduk di pinggir danau atau berjalan-jalan di taman yang indah sering digunakan. Hal yang penting adalah bahwa subjek mencapai keadaan tenang dan damai. Subjek diajari bagaimana mengendurkan segenap otot dan bagian tubuh dengan titik berat pada otot-otot wajah. Otot-otot tangan terlebih dahulu, diikuti oleh kepala, leher dan pundak, punggung, perut, dada dan kemudian anggta-anggota badan bagian bawah. Subjek diminta untuk mempraktekkan relaksasi di luar pertemuan terapeutik, sekitar 30 menit lamanya setiap hari. Apabila subjek telah dapat belajar untuk santai dengan cepat, maka prosedur desensitisasi dapat dimulai.

e.       Pelaksanaan teknik desensitisasi sistematis. Proses desensitisasi melibatkan keadaan di mana subjek sepenuhnya santai dengan mata tertutup. Pada tahap ini konselor mula-mula mengarahkan subjek agar mencapai keadaan rileks. Setelah subjek dapat mencapai keadaan rileks, konselor memverbalisasikan (menyajikan) secara berurutan dari atas ke bawah situasi-situasi yang menimbulkan perasaan cemas sebagaimana tersusun dalam hirearki dan meminta subjek untuk membayangkannya. Konselor menceritakan serangkaian situasi dan meminta subjek untuk membayangkan dirinya berada dalam situasi yang diceritakan oleh konselor tersebut. Situasi yang netral diungkapkan, dan subjek diminta untuk membayangkan dirinya berada dalam situasi  didalamnya. Jika subjek mampu tetap santai, maka dia diminta untuk membayangkan situasi yang membangkitkan kecemasan yang tarafnya paling rendah. Konselor bergerak mengungkapkan situasi-situasi secara bertingkat sampai subjek menunjukkan bahwa dia mengalami kecemasan, dan pada saat itulah pengungkapan situasi diakhiri. Kemudian relaksasi dimulai lagi, dan subjek kembali membayangkan dirinya berada dalam situasi-situasi yang diungkapkan konselor. Treatmen diangggap selesai apabila subjek mampu untuk tetap santai ketika membayangkan situasi yang sebelumnya paling menggelisahkan dan menghasilkan kecemasan. Jika subjek dapat membayangkan situasi tersebut tanpa mengalami kecemasan, konselor menyajikan situasi berikutnya dan ini terus dilakukan dengan cara yang sama sehingga seluruh situasi dalam hirarki telah disajikan dan kecemasan bias dihilangkan. Jika dengan sikap santai tidak cukup, maka konselor dapat mengulangi dengan cara meminta membayangkan situasi lain yang menyenangkan ketika ia menyajikan situasi yang menimbulkan perasaan cemas.

Sumber :


Acton, Q. Ashton. (2011). Issues in behavioral psychology: 2011 edition. Atlanta, Georgia : ScholarlyEditions

            Lee, Newton. (2012). Facebook nation: total information awareness. New York, USA : Springer.

            Wrenn, Eddie. (2012). The biggest phobia in the world? 'Nomophobia' - the fear of being without your mobile - affects 66 per cent of us. http://www.dailymail.co.uk/sciencetech/article-2141169/The-biggest-phobia-world-Nomophobia--fear-mobile--affects-66-cent-us.html


            Berstein, A. Douglas. (2011). Essentials of psychology fifth edition. USA : Wadsworth.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Maaf jika masih ancur karena blog ini di buat apa adanya