- Definisi
Nomophobia adalah jenis fobia yang ditandai
ketakutan berlebihan jika seseorang kehilangan ponsel, komputer, atau alat-alat
komunikasi lainnya. Nomophobia dianggap sebagai gangguan dari dunia modern dan
mengacu pada ketidaknyamanan atau kecemasan yang disebabkan oleh berada di luar
kontak dengan MP
(Mobile Phone/ telepon selular) atau
komputer. Ini adalah ketakutan patologis yang muncul ketika
seseorang berada diluar jangkauan dengan teknologi.
Terdapat laporan kasus nomophobia
tentang seorang pasien yang terus
menerus menyimpan ponsel bersamanya sejak
tahun 1995 karena
kebutuhan yang berlebihan untuk merasa aman
dan dapat segera menghubungi
layanan darurat dan orang-orang
yang percaya saat dia merasa sakit.
- Ciri-ciri
Nomophobia
atau 'no
mobile phone phobia' memiliki ciri-ciri sebagai
berikut ini :
a. Ketidakmampuan untuk
mematikan ponsel
b. Obsesif memeriksa
panggilan, email dan SMS
c. Terus-menerus mengisi
baterai karena takut kehabisan
d. Membawa ponsel
kemanapun pergi, bahkan hingga ke kemar mandi
e. Ketika kehilangan ponsel mengalami gejala, panik
pusing, gemetar, berkeringat, jantung berdegub kencang dan dada sesak.
Jumlah orang yang menderita nomophobia terungkap dalam sebuah studi oleh SecurEnvoy, dan menunjukkan peningkatan dari penelitian serupa empat tahun lalu, di mana 53% orang mengakui rasa takutnya kehilangan telepon mereka. Dalam studi terbaru, dari 1.000 orang
yang disurvei di Inggris, 66% mengatakan mereka
merasa ketakutan.
Dewasa muda
berusia antara 18
dan 24 - cenderung menjadi
yang paling kecanduan ponsel
mereka, dengan 77%
mengatakan tidak mampu untuk tinggal terpisah selama lebih dari beberapa menit, dan mereka yang berusia 25 sampai 34 mengikuti
dengan 68%. Angka itu naik dari penelitian serupa empat tahun lalu, di mana 53% orang mengaku fobia.
Studi
ini menunjukkan bahwa penderita nomophobia bahkan dapat memeriksa ponselnya
hingga 34 kali sehari dan 75%nya menggunakan telepon di kamar mandi atau ke
toilet dengan mengatakannya setara sebagai pengganti koran modern. Ketakutan
tersebut termasuk dalam hal kehabisan baterai, melewatkan telepon atau sms, dan
melewatkan informasi penting dari jejaring sosial.
Andy Kemshall, co-pendiri SecurEnvoy,
mengatakan: "Penelitian pertama ke nomophobia, yang dilakukan empat tahun lalu, mengungkapkan bahwa 53% orang menderita dari kondisi dan
penelitian kami menunjukkan hal
ini sekarang telah meningkat menjadi 66% di
Inggris dan tidak
menunjukkan tanda-tanda mereda.
Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa wanita sedikit lebih waspada dalam menyimpan
ponselnya yaitu sebesar 70 persen dibanding pria yang hanya 61 persen.
Sementara itu, pria lebih mungkin memiliki dua ponsel atau lebih dibandingkan
wanita, dengan alasan menyukai
teknologi atau alasan pribadi lainnya.
- Penyebab
Penyebab Nomophobia diantaranya :
a. Kebosanan
b. Tidak sabar
c. Merasa tidak aman
d. Banyak aplikasi yang menarik
e. Kurang pengendalian diri
Penanganan
Desensitisasi sistematis dikembangkan oleh Josep Wolpe
(Berstein, 2011). Pendekatan ini bertumpu pada fakta bahwa seseorang
tidak dapat secara serempak merasa cemas atau rileks. Wolpe menggunakan
“relaksasi” sebagai cara mengimbangi stimulus yang ditakuti. Desensitisasi
Sistematis terdiri dari tiga tahap, yaitu: 1) melatih relaksasi otot, 2)
menyusun hirearki kecemasan (urutan kecemasan), dan 3) menghayalkan
stimulus-stimulus yang menimbulkan kecemasan yang diimbangi dengan relaksasi.
Tujuan dari tahap ini adalah menggantikan kecemasan terhadap setiap
stimulus dengan relaksasi. Ini dilakukan dengan menyuruh klien membayangkan
(menghayalkan) setiap stimulus yang menimbulkan kecemasan sementara klien
berada dalam keberadaan relaks.
Dalam
penelitian ini upaya penanganan kecemasan pada subjek penderita nomophobia
dilakukan dengan menerapkan Teknik Desensitisasi Sistematis yang
merupakan salah satu teknik dalam Model Konseling Behavioral yang berfokus
untuk mengkondisikan klien menjadi rileks saat menghadapi kondisi yang
menyebabkan munculnya perilaku nomophobia. Menurut Wolpe (Berstein, 2011) menguraikan secara terperinci
mengenai prosedur
pelaksanaan teknik Desensitisasi Sistematis yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Desensitisasi sistematis dimulai dengan suatu analisis tingkah
laku atas stimulus-stimulus yang dapat membangkitkan kecemasan nomophobia.
Disediakan waktu untuk menyusun suatu tingkatan kecemasan subjek dalam area
tertentu.
b. Konselor dan subjek mendaftar
hasil-hasil apa saja yang menyebabkan subjek diserang perasaan cemas dan
kemudian menyusunnya secara hirarkis. Konselor menyusun suatu daftar yang
bertingkat mengenai situasi-situasi yang kemunculannya meningkatkan taraf
kecemasan atau penghindaran. Tingkatan dirancang dalam urutan dari situasi yang
membangkitkan kecemasan yang tarafnya paling rendah hingga situasi yang paling
buruk yang dapat dibayangkan oleh subjek.
c. Konselor melatih subjek untuk
mencapai keadaan rileks atau santai. Latihan ini dilakukan melalui suatu
prosedur khusus yang disebut relaksasi yang berupaya mengkondisikan subjek
dalam keadaan santai penuh. Selama pertemuan-pertemuan terapeutik
pertama subjek diberi latihan relaksasi yang terdiri atas kontraksi, dan lambat
laun pengendoran otot-otot yang berbeda sampai tercapai suatu keadaan santai
penuh. Sebelum latihan relaksasi dimulai, subjek diberitahu tentang cara
relaksasi dalam kehidupan sehari-hari, dan cara mengendurkan bagian-bagian
tubuh tertentu.
d. Konselor melatih subjek untuk
membentuk respon-respon antagonistik yang dapat menghambat perasaan cemas. Latihan
relaksasi berdasarkan teknik yang digariskan
oleh Jacobson dan diuraikan secara rinci oleh Wolpe. Pemikiran dan pembayangan
(imagery) situasi-situasi yang membuat santai seperti duduk di pinggir
danau atau berjalan-jalan di taman yang indah sering digunakan. Hal yang
penting adalah bahwa subjek mencapai keadaan tenang dan damai. Subjek diajari
bagaimana mengendurkan segenap otot dan bagian tubuh dengan titik berat pada
otot-otot wajah. Otot-otot tangan terlebih dahulu, diikuti oleh kepala, leher
dan pundak, punggung, perut, dada dan kemudian anggta-anggota badan bagian
bawah. Subjek diminta untuk mempraktekkan relaksasi di luar pertemuan
terapeutik, sekitar 30 menit lamanya setiap hari. Apabila subjek telah dapat
belajar untuk santai dengan cepat, maka prosedur desensitisasi
dapat dimulai.
e. Pelaksanaan teknik desensitisasi
sistematis. Proses desensitisasi
melibatkan keadaan di mana subjek sepenuhnya santai dengan mata tertutup. Pada tahap ini konselor mula-mula
mengarahkan subjek agar mencapai keadaan rileks. Setelah subjek dapat mencapai
keadaan rileks, konselor memverbalisasikan (menyajikan) secara berurutan dari
atas ke bawah situasi-situasi yang menimbulkan perasaan cemas sebagaimana
tersusun dalam hirearki dan meminta subjek untuk membayangkannya. Konselor
menceritakan serangkaian situasi dan meminta subjek untuk membayangkan dirinya
berada dalam situasi yang diceritakan oleh konselor tersebut. Situasi yang
netral diungkapkan, dan subjek diminta untuk membayangkan dirinya berada dalam
situasi didalamnya. Jika subjek mampu tetap santai, maka dia diminta
untuk membayangkan situasi yang membangkitkan kecemasan yang tarafnya paling
rendah. Konselor bergerak mengungkapkan situasi-situasi secara bertingkat
sampai subjek menunjukkan bahwa dia mengalami kecemasan, dan pada saat itulah
pengungkapan situasi diakhiri. Kemudian relaksasi dimulai lagi, dan subjek
kembali membayangkan dirinya berada dalam situasi-situasi yang diungkapkan
konselor. Treatmen diangggap selesai apabila subjek mampu untuk tetap santai
ketika membayangkan situasi yang sebelumnya paling menggelisahkan dan menghasilkan
kecemasan. Jika subjek dapat membayangkan
situasi tersebut tanpa mengalami kecemasan, konselor menyajikan situasi
berikutnya dan ini terus dilakukan dengan cara yang sama sehingga seluruh
situasi dalam hirarki telah disajikan dan kecemasan bias dihilangkan. Jika
dengan sikap santai tidak cukup, maka konselor dapat mengulangi dengan cara
meminta membayangkan situasi lain yang menyenangkan ketika ia menyajikan
situasi yang menimbulkan perasaan cemas.
Sumber :
Acton, Q. Ashton. (2011). Issues in behavioral psychology: 2011 edition. Atlanta, Georgia :
ScholarlyEditions
Lee,
Newton. (2012). Facebook nation: total
information awareness. New York, USA : Springer.
Wrenn,
Eddie. (2012). The biggest phobia in the
world? 'Nomophobia' - the fear of being without your mobile - affects 66 per
cent of us.
http://www.dailymail.co.uk/sciencetech/article-2141169/The-biggest-phobia-world-Nomophobia--fear-mobile--affects-66-cent-us.html
Berstein, A. Douglas. (2011). Essentials of psychology fifth
edition. USA : Wadsworth.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Maaf jika masih ancur karena blog ini di buat apa adanya