Daftar Blog Saya

Label

Jumat, 05 Juni 2015

Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Awalnya Piaget tertarik pada cara anak memahami dunianya, Ia mengamati perilaku anak dan menghasilkan teori bahwa anak memiliki cara berfikir yang berbeda dengan orang dewasa. Dengan metode klinis, Ia mengabungkan pengamatan dengan pernyataan yang fleksibel. Menurut Piaget  anak-anak mengalami perkembangan kognitif seperti perkembangan mengenai pola pikir, ingatan persepsi dan lain-lain. Urutan dari tahap ini tidak berubah, dan masing-masing tahap memiliki pola berfikir yang berbeda. Teori ini tidak hanya berhubungan dengan pematangan, karena perkembangan anak juga bergantung pada interaksi dengan lingkungan.
Berbagi pengamatan Piaget telah menghasilkan banyak informasi dan wawasan yang mengejutkan, misalnya anak dibawah 7 tahun tidak menyadari bahwa bentuk bola tanah liat yang telah dibentuk menjadi cacing didepan mata mereka tetap mengandung jumlah yang sama. Piaget telah membuktikan bahwa pikiran anak bukan miniatur pikiran orang dewasa. Mengetahui cara berfikir anak tentunya akan mempermudah orang tua dan guru dalam mengajari anak.
Perkembangan kognitif menurut Piaget di bagi menjadi dua bagian, yaitu Cognitive proses (proses kognitif) dan Cognitive Development (perkembangan kognitif). Piaget menggambarkan tahap perkembangan kognitif muncul dalam empat tahap yang universal, berbeda secara kualitatif. Pada masing-masing tahapan, pikiran seorang anak mengembangkan cara baru beroperasi. Pada masing-masing tahapan, pertumbuhan kognitif ini muncul memalui tiga proses (Cognitive proses) yang saling terkait, diantaranya Organisasi, adaptasi dan equilibrasi.

1.      Cognitive Proses
            Organisasi merupakan kencenderungan anak menciptakan struktur kognif yang makin rumit. Berbagai sistem pengetahuan atau cara berfikir yang mengikut sertakan lebuh banyak fakta atau keyataan yang akurat. Bisa dikatakan organisasi digunakan sebagai pembentuk sistem-sistem ilmu pengentahuan. Stuktur kognitif tersebut disebut Skema (Scheme). Organisasi merupakan suatu tendensi yang umum untuk semua bentuk kehidupan guna mengintergrasikan struktur, baik psikis maupun psikologis dalam suatu sistem yang lebi tinggi.
Skema merupakan pola-pola perilaku teatur atau terorganisir yang digunakan dalam situasi tertentu atau direpresentasikan dalam bentuk tindakan dan cara berfikir. Perkembangan intelektual anak berlangsung melalui perkembangan yang disebut Piaget sebagai  Skema. Skema seseorang terus-menerus berkembang, dari skema anak-anak menjadi skema orang dewasa. Piaget tidak menyinggung mengenai bentuk skema yang terjedi dalam otak, namun dibahas dalam bentuk skema yang merupakan penggambaran internal mengenai kegiatan fisik atau mental, sehingga skema dapat dianggap sebagai kumpulan kaidah mengenai bagaimana cara berinteraksi dengan lingkungan.
Anak yang memiliki skema akan terdorong untuk menggunakannnya. Piaget menekankan bahwa aktifitas dalam menggunakan skema inilah yang membawa anak ke arah hubungannya dengan lingkungan. Sehingga menghasilkan perkembangan kognitif. Anak berinteraksi dengan lingkungannya tergatung kepada skema yang dimiliki. Motivasi unutuk mengulang kegiatan yang berhubungan dengan skema dapat di lihat terutama pada anak yang berusia beberapa bulan. 
Saat anak menangani informasi baru dengan memepertimbangkan hal yang sudah mereka ketahui, berati anak melakukan Adaptasi. Adaptasi merupakan penyesuaian terhadap informasi baru mengenai lingkungan. Adaptasi muncul melalui dua proses yang saling melengkapi, yaitu asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi (asimilation) merupakan proses pemahaman dunia melalui skema yang dimiliki anak. Asimilasi juga sebagai istilah untuk pernyertaan informasi baru kedalam struktur kognitif yang sudah ada. Asimilasi mengenai suatu hal melalui skema membuat anak semakin banyak mengingat, meski dalam beberapa kasus pencocokan  jaringan kerja mental yang dimiliki anak mengakibatkan anak tersebut berprilaku aneh dimata orang dewasa.
Anak mendapat umpan balik dari lingkungan agar ia dapat memperbaiki persepsinya.  Ada kala dia memperoleh pemahaman bahwa skema yang dimilikinya tidak sebanding dengan umpan balik, dia dikatakan mengalami ketidak seimbangan (disquilibrium). Untuk mencapai keseimbangan atau equilibrasi, maka anak peruli melakukan akomodasi, yaitu perubahan dalam struktur kognitif guna memasukan informasi baru. Equlibrasi sendiri adalah kencendarungan mencari keseimbangan yang stabildi anatar berbagai unsur kognitif.
Contoh dari proses kognitif misalnya, pola perilaku teratur anak dalam mempersepsikan (skema) Benda bulat, Ia menggelompokan (organisasi) atau mengetahui bahwa Bola berbentuk bulat. Untuk itu Ia beranggapan (asimilasi) bahwa semua benda bulat itu bola, kemudian dia melihat benda berbentuk bulat yang berwarna hijau bergaris-garis seperti cacing dan bisa di makan namun namanya bukan Bola, melainkan Semangka (akomodasi). Sehingga Ia merubah persepsinya, bahwa tidak semua benda bulat itu Bola.

2.      Cognitive Development
            Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut piaget dibagi menjadi empat bagian, diantaranya Sensorimoto, Preoperasional, Concrete Operations, Concrete Operations.
            Tahap pertama dalam perkemban gan kognitif Piaget adalah Sensorimotor (dari lahir sampai 2 tahun) dimana bayi secara bertahap mampu mengatur berbagai aktivitasnya dengan lingkungan melalui kegiatan motorik dan sensoris. Bayi belajar tentang diri dan dubnia mereka dengan mengembangkan aktivitas sensori dan motor mereka. Bayi berubah dari berespons terutama melalui reflek dan tingkah laku acak, menjadi anak yang tingkah lakuknay berorientasi pada tujuan.
            Sensorimotor memiliki enam subtahapan, yaitu penggunaan refleks (lahir sampai 1 bulan). Bayi melatih refleks bawaan mereka dan mendapatkan kontrol dalam menggunbkannya. Mereka tidak menggordinasi informasi dari pancaindranya, melainkan langsung menggenggam objek yang mereka sedang lihat. Contohnya saat bayi melakukan rotting. 
Reaksi sirkuler primer, merupakan sub tahap sensormotor yang kedua (1 hingga 4 bulan), bayi mengulang-ngulang tingkah laku yang menyenangkan yang pertama kali terjadi. Berbagai aktivitas bbberfokus pada tubuh bayi dan bukan pada pengaruh dari tingkah laku terhadap lingkunganm bayi memperoleh adaptasi pertama yaitu dengan menghisap berbagi objek. Mereka mulai menggordinasi informasi sensori dan menggenggam objek. Contohnya, ketika bayi di beri susu dari botol yabng menggunakan puting karet, Ia bisa langsung menyesuaikan diri. 
Reaksi sirkuler sekunder, (4 sampai 8 bulan) bayi makin tertarik pada lingkungan, mereka mengulang-ngulang tindakan yang memberikan hasilyang menarik dan memperpanjang pengalaman yang menyenangkan. Berbagai tindakan yang disengaja namun belum memiliki tujuan. Contohnya seorang anak menjatuhkan kacang yang dia pegang, dan melihatnya satu demi satu terjatuh. 
Koordinasi skema sekunder (8 hingga 12 bulan) tingkah laku milai disengaja dan bertujuan sejalan dengan bayi menggordinasikan skema telah dipelajari dan menggunakan tingkah laku yang telah dipelajari untuk mendapatkan tujuan mereka, mereka juga dapat menbgantisipasi beberapa kejadian. Contohnya, bayi merangkak keujung ruangan untuk mendapat mainan. 
Reaksi sirkular tersier (12 hingga 18bulan) anak menunjukan rasa inggin tahu dan bereksperimen dengan oenuh tujuan memvariasikan tindakan mereka untuk melihat hasilnya. Mereka secara kreatif menjelajah dunia mereka untuk menentukan hal baru tentang objek, kejadian atau situasi. Mereka mencoba berbagai aktifitas baru dan menerapkan trial and error untuk memecahkan masalah. Contohnya, anak meremas kembali bebek karet yang berbunyi saat Ia injak, untuk mengetahui apa bebek karet tersebut akan berbunyi lagi saat Ia meremasnya
Kombinasi mental (18 hingga 24 bulan) anak dapat mepersepsian secara mental berbagai kejadian disebut kemampuan representatial. Mereka tidak lagi menggunakan trial and error untuk memecahkan masalah. Pikiran simbolik memungkinkan anak berfikir berbagai kejadian dan mengantisipasi konsekuennya tanpa selalau menghasikan tindakan. Anak mulai mendemonstrasikan insight. Mereka dapat menggunakan simbol, seperti isyarat dan kata dan dapat berpura-pura.
Preoperasional (2 sampai 7 tahun) dimana anak mengenbangkan sistem representasi dan menggunakan simbol-simbol untuk merepresentasikan berbagai orang, tempat,dan peristiwa, pada tahap ini pula berfikirnya belum logis. Pada tahap ini anak masih berada pada tahap pra operasional belum memahami konsep kekekalan (conservation), yaitu kekekalan panjang, kekekalan materi, luas, dll. Selain dari itu, cirri-ciri anak pada tahap ini belum memahami dan belum dapat memikirkan dua aspek atau lebih secara bersamaan.
Concrete Operations (7 sampai 11 tahun) dimana anak dapat menyelesaikan masalah dengan logis jika jika mereka fokus pada masa kini tetapi hanya objek fisik yang ada saat ini dan belum bisa berfikir secara abstrak. Tanpa objek fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap ini masih mengalami kesulitan besar dalam menyelesaikan tugas-tugas logika.
Formal Operations (11 tahun sampai dewasa) dimana anak mulai berfikir secara abstrak, menangani situasi-situasi perumpamaan, dan berfikir mengenai berbabagi kemungkinan. Anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan dengan objek atau peristiwa berlangsung. Penalaran terjadi dalam struktur kognitifnya telah mampu hanya dengan menggunakan simbol-simbol, ide-ide, astraksi dan generalisasi. Ia telah memiliki kemampuan-kemampuan untuk melakukan operasi-operasi yang menyatakan hubungan di antara hubungan-hubungan, memahami konsep promosi

Sumber :

Eyesenck, Michael W. & Keane, Mark T. (2000) Cognitive psychology: a student's handbook.       New York: Taylor & Francis Group

Hardy, M. Heyes, S. (1988). Pengantar psikologi, Jakarta: Erlangga.
Hergenhahn, B.R & Olson, M.H. (2008). Theories of learning. edisi ke-7.   Jakarta : Kencana        Prenada Mulia
Papalia. Olds. Fledman. (2009). Human development. Salemba Jakarta: Humanika.
Ross, V. Marshall, M. Scott, A, M. (1995). Child psychology. New york: John willey &     Sons.inc.
Sandtrock, John W.  (2003) Adolescence edisi keenam. Jakarta : Erlangga
Solso, R, L. Maclin, O, H. Maclin, M, K.( 2008). Psikologi kognitif. Jakarta: Erlangga.
Suparno, P. (2006). Teori perkembangan kognitif Jean piaget. Yogyakarta: Kanisius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Maaf jika masih ancur karena blog ini di buat apa adanya