Daftar Blog Saya

Label

Rabu, 19 Januari 2011

Alasan Pria Berselingkuh



Beberapa Alasan Pria Berselingkuh, Memang selalu ada kilah yang bisa dimanfaatkan pria untuk menjelaskan perselingkuhan mereka. Di antaranya dengan mengutip penjelasan psikiatris Dr. Raj Persuad dari Australia.

Katanya, pria berselingkuh tidak untuk menikmati seks yang lebih menggebu-gebu dengan wanita yang lebih muda, lebih langsing, dan lebih aduhai. Percaya?
Dikatakan oleh dokter yang buka praktik terapi dan konsultasi perkawinan itu, pria berselingkuh tidak semata untuk seks. Sebuah survei di majalah Playboy mendapati, tidak ada kaitan antara kualitas seks dalam perkawinan dengan setia tidaknya seorang pria.

Bahkan, menurut riset yang lain dan ditunjang oleh pengalaman praktiknya sendiri, alasan sesungguhnya mengapa pria menyeleweng adalah kurangnya keintiman emosi dan merasa kurang dicinta atau kurang memiliki rasa gembira. Ditambahkan pula, menurut riset, ada empat wilayah pada benak pria yang sangat mungkin disalah mengerti oleh wanita sehingga, tanpa disadari, akan menempatkan perkawinan mereka dalam risiko.
Sebagaimana diutarakan dalam GoodMedicine, keempat wilayah itu adalah:

Stres Berat Pria berselingkuh bukanlah karena oversex, tetapi overstress. Begitu kata Dr. Persuad. Maksudnya. bila wanita bertemu teman wanitanya saat dalam keadaan stres, teman wanitanya akan merasakannya dan berusaha menghiburnya, mencoba membantu menghilangkan kecemasannya, tanpa diminta. Dan upaya-upaya itu akan sangat berguna.
Bagi pria, mengungkap stres yang dimiliki berarti mempertontonkan kerentanannya, dan itu bukan sesuatu yang membuat pria gembira. Cara seperti itu bukanlah bagian dari kultur kompetitif pria.

Pria memang sering mengalami stres, tetapi menghadapinya dengan cara yang berbeda, cara yang bagi wanita mungkin terdengar menggelikan. Suatu survei yang dilakukan oleh tim peneliti dari Leeds University, Inggris, guna menyelidiki kegemaran favorit pria, yaitu minum bir seusai pulang kerja mendapati bahwa hanya 9,5 persen saja dari mereka yang benar-benar menikmati minuman itu. Sebagian besar dari mereka, yaitu 85 persen, minum untuk menghilangkan stres.

Karena itu, wanita tak perlu merasa diabaikan bila suaminya memilih mengerami persoalannya sendiri dan tidak mengungkapkan perasaannya. Cukup perhatikan saja apakah taktik yang dipakai suaminya untuk meredam stres itu berhasil atau tidak, sambil bersiap-siap mendengarkan bila terlihat ia sudah siap bicara.

Tak Ingin Terlihat Lemah Pria tidak mau mendongeng bagi anaknya di kamar tidur. Tidak mau mencuci. Selalu istrinya yang harus berinisiatif dengan bertanya ke mana mau pergi untuk liburan. Tidak mau pula mengerjakan permintaan istri untuk membereskan hal-hal sepele di seputar rumah.

Bagi istri, suami seperti itu tampak sangat malas dan tidak peduli, sehingga membuatnya jengkel. Padahal, lebih dari itu, kemungkinan besar pria itu merasa tak sanggup mengerjakan semua permintaan istri dengan baik.

Untuk diketahui saja, sebenarnya seorang pria butuh perasaan kompeten atau mampu, dan gemar memperoleh pujian atas apa yang berhasil dilakukannya dengan baik. Pria ingin merasa seperti jagoan. Bila suatu kegiatan membuat mereka merasa lemah, bodoh, tidak berdaya, mereka tak ingin melakukannya.

Karena itu, seorang istri tak perlu mengawasi dan membuntuti suaminya untuk memastikan semua yang diperintahkan benar-benar dikerjakan. Sebaliknya, hujanilah suami dengan pujian, betapa pun tampak repot upaya yang dilakukannya untuk memenuhi permintaan istri.

Pujian seperti ini perlu diupayakan dua kali lipat oleh istri saat berada di tempat tidur bersama suami.

Beda Level Mate Value Discrepancy (MVD), artinya kira-kira Kadar Kesetaraan Pasangan, merupakan suatu hal yang tidak sopan dibicarakan oleh terapis dan biro konsultasi perkawinan ternama. Untuk sederhananya saja, MVD adalah suatu upaya ilmiah untuk menguantifikasi apa yang terjadi ketika seseorang yang sangat rupawan menikah dengan seseorang yang, katakanlah, sangat kurang rupawan. Banyak pasangan yang dalam hal penampilan wajah ini levelnya hanya beda sedikit. Meski begitu, selalu saja ada yang beda levelnya njomplang.

Suatu temuan penelitian yang sangat mengusik belum lama ini mengatakan, bila pihak wanita dalam suatu pasangan suami istri jauh lebih rupawan ketimbang sang pria, wanita itu jauh lebih berkemungkinan untuk berselingkuh ketimbang bila sang pria yang jauh lebih rupawan ketimbang sang wanita. Jadi, terus terangnya saja, bila sang pria lebih rupawan, dia sebenarnya lebih bisa dipercaya ketimbang bila pihak wanita yang lebih rupawan.

Kata Dr. Persuad, dari pengalaman praktiknya, ada saja wanita-wanita yang datang mengeluhkan kekesalannya karena setelah sekian lama, ternyata pasangannya yang kurang rupawan bukanlah orang yang mereka inginkan atau dambakan.
Dalam pergaulan sehari-hari, kekesalan seperti ini pasti terkomunikasikan secara halus atau terang-terangan kepada pasangannya, sehingga membuat hubungan mereka menjadi tidak manis lagi. Dari situ, ada kemungkinan pihak pria lalu akan merasa satu-satunya cara untuk menunjukkan kerupawanannya adalah dengan berada di pelukan wanita lain.

Ingin Merasa Penting Ini mungkin juga merupakan persoalan klasik. Wanita yang sudah sedemikian berhasil membuat pria mudah merasa tertinggal. Perasaan mandiri yang besar pada wanita akan membuat pria merasa mereka tidak memiliki peran penting dalam kemajuan yang diperoleh pasangannya dalam hidup.
Hubungan yang kuat didasarkan pada perasaan dua belah pihak bahwa mereka masing-masing memiliki peran yang satu sama lain saling berpengaruh. Bila ini tidak terjadi dalam suatu perkawinan, sudah saatnya untuk menciptakan keseimbangan tersebut, sehingga tidak ada yang merasa tertinggal dalam hubungan itu.


Kebanyakan pria sering mengatakan kalau perserongan mereka hanyalah suatu hubungan seks tanpa komitmen. Padahal, sesungguhnya ada alasan yang lebih mendasar yang acapkali tidak mereka sadari. Alasan tersebut meliputi:

Wanita Membiarkannya

Lelaki tidak akan berselingkuh kalau wanita tidak mendiamkannya. Tidak sedikit perempuan yang tetap saja mengawini lelaki yang telah berdusta sejak mereka masih pacaran, kata psikolog Dra Esse Dayu Mpsych, Ph. D.
Padahal para pakar telah memperingatkan bahwa lelaki yang mendustai tunangannya, besar kemungkinan juga akan berbohong kepada istrinya. Tetapi para wanita pencari cinta, tak peduli mereka kesepian atau tidak. Dan lelaki sangat menyadari hal itu bahwa rasa kosong wanita itu begitu kuat sehingga mereka mau saja menikah dengan seorang lelaki pendusta. Malah para wanita ini terus menerus menentramkan dirinya dengan mengatakan, Begitulah lelaki. Pada akhirnya, para wanita ia merasa lebih baik berada di sisi seorang pria pendusta daripada tidak sama sekali.

Frustasi terhadap Hubungan Saat Ini

Pada awalnya, semua terlihat baik-baik saja. Berbagi hidup, berbagi harapan, berbagi mimpi dalam sebuah hubungan menyenangkan dengan seorang princess yang istimewa. Tetapi begitu masa bulan madu usai, harapan mengenai masa depan yang romantis berubah menjadi kenyataan hidup sehari-hari yang sangat berat. Televisi rusak, mobil perlu ban baru, bos selalu marah-marah, dan tagihan telepon membengkak. Baru beberapa bulan menikah, percakapan sudah dipenuhi dengan persoalan tugas sehari-hari. Suami mulai merasa pasangannya lebih kritis, tak mau mengalah, dan tidak memberikan perhatian yang ia inginkan.
Ia kemudian mulai berbohong. Suami menganggap berbohong sebagai cara memperoleh emosi yang sudah hilang di dalam perkawinannya. Bersama dengan kekasih gelapnya, hidup rasanya tanpa stres, tanpa tekanan. Tidak serba diburu-buru. Mereka berdua berusaha keras untuk saling memenuhi kebutuhan mental dan fisik. Mereka berbagi kekurangannya dan pelahan-lahan mengembangkan ikatan emosional, terang psikoterapis Freddy GD Baswoko MA, Ph.D.

Mencari Ketegangan

Pria ini bosan dan menyukai hal-hal baru yang ditemukannya pada wanita lain. Alih-alih melepaskan energinya untuk menghangatkan kembali hubungan dengan istrinya, ia malah terserap dalam aktivitas hobi atau hal lain yang membuat hormon adrealinnya mengalir deras. Ia mencari ketegangan di tempat-tempat yang keliru, di balik selimut dan tubuh perempuan lain, imbuh Freddy. Ia biasanya memiliki serangkaian affair dengan beberapa wanita. Berpindah dari satu wanita ke wanita lain, begitu ketegangan dan kebaruan itu memudar.

Meningkatkan Ego

Permainan perselingkuhan dipenuhi dengan lelaki yang berusha keras memperoleh pengakuan kelelakiannya dari perempuan yang bukan istrinya. Ia merasa kurang percaya diri. Berselingkuh bagaikan sebuah liburan mental. Suatu pelarian dari tanggung jawab hidup sehari-hari. Ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa hatinya yang mendua bisa mengobati jiwanya yang berongga, papar Esse yang kliennya tidak hanya wanita, tetapi juga para lelaki.

Kurang Tegas

Meskipun lelaki umumnya dianggap sebagai si pendusta, namun bagaimana pun juga perselingkuhan adalah jalan dua arah. Tak mungkin terjadi apabila tidak ada pihak perempuan yang bersedia. Semakin banyak wanita yang terlihat dan memulai perserongan, maka semakin banyak wanita yang tidak ingin terlihat dalam suatu hubungan serius, sengaja mencari pria beristri. Dan ada sebagian lelaki yang mau menerima tawaran perselingkuhan dari wanita karena mereka tak ingin disebut banci.

Kekosongan Spiritual

Tidak ada agama yang menyuruh umatnya berhubungan intim dengan lebih dari satu perempuan. Kebanyakan menganggapnya sebagai dosa besar. Kebanyakan agama menyarankan hubungan perkawinan yang berlandaskan nilai-nilai spiritual. Dengan demikian, seorang lelaki yang dengan sengaja menjerumuskan dirinya ke dalam hubungan ekstra marital menunjukkan kurangnya nilai spiritual di dalam dirinya, timpal Prof Dr Dadang Hawari, psikiater yang sekaligus ulama.

Suasana Hasrat Instinktif

Freddy pun mengimbuhi, Nilai-nilai pribadi seorang lelaki kadang berbaur dengan mentalitas masyarakat yang serba ‘kerjakan saja’. Ia berfikir dan bertindak dalam hitungan setengah menit saja, tak banyak memikirkan dampak dan akibat tindakannya. Ia tak melihat alasan untuk menunda-nunda perasaan dan hasratnya. Jika ia beranggapan seorang wanita menarik, ia segera mendekati dan mengajukan rayuan. Tak dipikirkannya bagaimana posisi hubungan perkawinannya saat ini dan nanti.

Balas Dendam

Pria ini marah kepada pasangannya, entah ia berada di posisi benar atau salah, dan dengan alasan yang beragam. Yang jelas, ia merasa dilukai dan hendak membalas dendam. Tak peduli kalau tindakan balas dendamnya ini malah merusak perkawinannya sendiri dan mengobrak-abrik aturan, Esse kembali menjelaskan.
Dalam pikirannya, berselingkuh adalah cara yang tepat untuk membuat kedudukan seimbang antara dirinya dan istrinya. Bagi pria yang sedang marah, berselingkuh memberikan suatu tantangan. Meski ia tahu kalau pasangannya takkan pernah mengetahui perselingkuhannya, namun sekadar mengetahui betapa menyakitkannya perselingkuhan ini bagi istrinya sudah sangat memuaskan pria yang dibutakan rasa marah ini.

Tidak Tahan Godaan
"Awalnya sudah mencoba untuk pura-pura tidak peduli kalau dia cari perhatian. Tapi lama-lama nggak tahan juga. Apalagi melihat wajah dan bodynya yang mirip Jesica Alba." (Albert, Desainer grafis)

Perubahan Standar
"Saat mulai berpacaran saya suka banget sama fisik pacar yang bohay, meski ngomongnya suka nggak nyambung. Tapi lama kelamaan saya mulai membutuhkan seseorang yang bisa diajak bertukar pikiran. Faktor fisik menjadi nggak penting lagi." (Nino, staf akuntan)

Butuh Tantangan
"Rasanya adrenalin ikut naik waktu hampir ke gap pacar waktu lagi jalan sama gebetan. Dibutuhkan strategi dan kelihaian biar pacar nggak sampe tahuu kalau saya lagi selingkuh dan itu menyenangkan!" (Dino, pialang saham)

Terlalu Posesif
"Sejak pacaran, saya sudah berasa seperti diawasin polwan. Kemana pun pergi harus lapor dan minta ijin, padahal kan saya perlu waktu buat hang out dengan teman-teman. Posesifnya benar-benar keterlaluan dan nggak bisa diprotes. Jadi lebih baik saya selingkuh aja biar nggak stress' (Dimas, fotografer).

Dasarnya Tidak Setia
"Sebenarnya saya memang tidak pernah bisa terikat pada satu perempuan. apalagi kalau perempuan itu mudah ditaklukkan, saya pasti akan langsung mengejar yang lain." (Oki, penulis)

Bosan
"Empat tahun pacaran dengan pacar sekarang ini, membuat jenuh. Padahal hubungan kami selalu baik-baik saja. Sikapnya yang sangat penurut membuat saya bosan. Lain dengan selingkuhan saya yang penuh kejutan, saya merasa mendapatkan kesegaran baru." (David, manajer trainee).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Maaf jika masih ancur karena blog ini di buat apa adanya